ULTRAS JUVENTUS INDONESIA
Fighter's Manado
Tuesday, June 10, 2014
Sunday, June 9, 2013
Wednesday, June 5, 2013
Sejarah Singkat JUVENTUS F.C
Pada suatu hari yang cerah di tanggal 1 November 1897, sekelompuk pemuda
di daerah Liceo D’Azeglio yang sedang duduk di bangku pemain di Corso
Re Umberto memutuskan untuk membentuk sebuah tim sepakbola. Mereka
hanyalah sekelompok anak-anak yang berteman, menghabiskan waktu untuk
berjalan-jalan, serta melakukan hal-hal positif. Merekapun berencana
untuk bermain sepakbola disebuah taman yang bernama Piazza d’Armi.
Piazza d’Arm adalah tempat yang biasa digunakan untuk lari dan berkuda.
Tempat ini juga cukup luas, sehingga tidak sulit untuk mereka menemukan
tempat untuk bermain sepakbola.
Usia para pemuda ini masih sangat muda. Mereka rata-rata berusia antara
15 sampai 17 tahun, tapi ada juga yang berusia di bawah 15 tahun.
Kemudian yang menjadi masalah pada waktu itu adalah ketika mereka ingin
mencari markas baru. Hal ini mungkin dikarenakan markas mereka di 42
Corso Re Umberto sangat gelap, sehingga mereka perlu mencari markas
baru. Canfari bersaudara memutuskan untuk mencarinya sendiri, dan
akhirnya mereka menemukan sebuah bangunan yang memiliki halaman yang
dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi, dan juga loteng
dan keran air minum. Maka merekapun resmi memiliki markas baru.
Setelah menemukan markas baru, kemudian mereka terpikir untuk mencari
nama untuk tim mereka. Diadakanlah pertemuan antara mereka. Disini
terbentuk 3 kelompok, yaitu kelompok pembenci nama latin, penyuka nama
klasik, dan sisanya netral. Terjadi perdebatan sengit dalam pertemuan
itu. Namun akhirnya diputuskanlah 3 nama untuk dipilih. “Societa Via
Port”, “Societa sportive Massimo D’Azeglio “, dan “Sport Club Juventus”.
Namun ternyata nama terakhirlah yang terpilih tanpa ada keberatan.
Mulai saat itu resmilah tim mereka bernama “Sport Club Juventus”.
Kemudian markas mereka kembali berpindah di Via Piazzi , distrik
Crocetta, sebuah bangunan dengan 3 ruangan. Ketika itu Canfari diangkat
menjadi ketua pertama Sport Club Juventus.
Begitulah sedikit cerita tentang awal mula berdirinya klub Juventus.
Kini Juventus telah menjadi salah satu klub raksasa di dunia, memiliki
banyak penggemar, dan tentunya telah meraih puluhan gelar-gelar
bergengsi.
Atau Untuk Lebih Jelasnya, Coba buka link di bawah ini :
http://www.juventus.co.id/sejarah-2-4-43.html
Atau Untuk Lebih Jelasnya, Coba buka link di bawah ini :
http://www.juventus.co.id/sejarah-2-4-43.html
SEKIAN!!! Dan Terima Gaji [ U J I ]
50 LEGENDA JUVENTUS
50 PEMAIN LEGENDA JUVENTUS
Membangun sebuah klub besar layaknya Juventus bukanlah hal yang mudah.
Tak ada kata instan di dalamnya. Butuh perjuangan berpuluh-puluh tahun
untuk bisa menciptakan klub raksasa Juventus. Banyak cerita manis dan
pahit kala membangun Juventus. Banyak tragedi-tragedi mengenaskan yang
pernah di alami Juventus. Sebut saja tragedi Heyzel. Atau hilang dan
gugurnya para official serta pemain-pemain Juventus kala perang dunia
berkecamuk. Namun, semua itu adalah kenangan masa lalu yang telah
memberikan banyak pelajaran bagi Juventus.
Pada 8 September 2011, Juventus resmi memperkenalkan stadion baru
mereka yang bernama “Juventus Arena”,kini Juventus Stadium. Stadion ini adalah pengganti stadion lama
mereka yang bernama “Delle Alpi”. Juventus Stadium adalah stadion yang dibangun menggunakan
biaya klub sendiri. Sehingga tak ada lagi campur tangan dari pihak pemerintah
terhadap stadion. Berbeda dengan stadion Delle Alpi, Juventus Stadium tentunya
lebih megah. Namun artikel kali ini tak akan membahas tentang kemegahan Juventus Stadium, melainkan salah satu bagian Juventus Stadium yang menarik.
Menarik karena apa? Karena pada bagian itu terdapat nama-nama 50 legenda
Juventus. Nama-nama para legenda Juventus ini terukir indah dalam sebuah
bintang. Nama-nama para legenda ini terpasang disepanjang jalan Juventus Stadium. Siapa sajakah ke 50 pemain legenda
yang namanya diabadikan di Juventus Stadium? Berikut adalah nama-nama tersebut.
Daftar 50 pemain legenda Juventus (urutan berdasarkan jumlah
penampilan bersama Juventus):
- Zbigniew Boniek (133)
- Paolo Rosi (138)
- Gianluca Vialli (145)
- Romeo Benetti (159)
- Fabrizio Ravanelli (160)
- John Charles (178)
- Didier Deschamps (178)
- John Hansen (187)
- Luvidio Centimenti IV (188)
- Raimundo Orsi (194)
- Umberto Calligaris (198)
- Roberto Baggio (200)
- Zinedine Zidane (212)
- Michel Platini (224)
- Moreno Torricelli (230)
- Carlo Bigatto (234)
- Fabio Capello (239)
- Omar Sivori (253)
- Angelo Di Livio (269)
- Paolo Montero (278)
- Mauro Camoranesi (286)
- Luis Del Sol (294)
- Angelo Peruzzi (301)
- Pietro Anastasi (303)
- Felice Borel (308)
- David Trezeguet (317)
- Pavel Nedved (327)
- Pietro Rafa (330)
- Gianluigi Buffon (338)
- Carlo Parola (340)
- Ciro Ferrara (358)
- Virgimio Rosetta (365)
- Gianluca Pessoto (366)
- Giampiero Combi (367)
- Marco Tardelli (375)
- Stefano Tacconi (377)
- Sergio Brio (378)
- Alessio Tacchinardi (406)
- Claudio Gentile (414)
- Antonio Conte (419)
- Antonello Cuccureddu (433)
- Antonio Cabrini (440)
- Franco Causio (447)
- Sandro Salvadore (450)
- Giampiero Boniperti (462)
- Reberto Bettega (481)
- Dino Zoff (476)
- Gaetano Scirea (552)
- Giuseppe Furino (528)
- Alessandro Del Piero (625)
Data ini adalah hasil survei dari anggota situs resmi
Juventus. Mungkin ada beberapa bintang yang tidak masuk daftar Hall of Fame Juventus
ini. Tak usah kecewa, karena mereka tetaplah bintang yang akan selalu dikenang
namanya dihati para Juventini.
"Legenda adalah bukti sebuah kejayaan. Forza Juve…"
SEKIAN!!!
Tuesday, May 21, 2013
SEJARAH ULTRAS JUVENTUS
SEJARAH ULTRAS JUVENTUS
La Curva Scirea
Kelompok superter sejati Juventus yang pertama muncul di pertengahan tahun 70-an. Saat itu ada dua kelompok tifosi sayap kiri dan organisasinya masih belum bagus. Dua kelompok itu adalah Venceromos dan Autonomia Bianconera. Lalu di tahun 1976 terbentuklah 2 kelompok suporter ultras sejati Juve, Fossa Dei Campioni dan Panthers. Baru setahun kemudian kelompok tifosi ultras yang legendaris berdiri, Fighters. Kelompok ini diprakarsai oleh Beppe Rossi. Beliau merupakan tokoh yang sangat berpengaruh bagi seluruh tifosi Juve dan menjadi panutan para ultras muda di Turin.
Awal era 80-an kelompok-kelomp ok suporter baru bermunculan. Gioventu Bianconera, Area Bianconera, dan Indians adalah beberapa diantaranya. Dua kelompok ultras yang ekstrim juga berdiri di periode ini, Viking dan Nucleo Armato Bianconero (N.A.B). Dua kelompok ini benar-benar menjadi grup tifosi yang dihormati di dalam dan di luar Delle Alpi. Viking dan N.A.B adalah kelompok yang benar-benar mengingatkan orang pada kata hooligans. Itu dikarenakan mereka tidak pernah takut bertempur dengan supporter klub manapun di dalam atau di luar stadion. Tahun 1983 kelompok Juventini yang berbeda dibentuk untuk menjalani partai tandang pertama mereka ke Eropa (Liege, Belgia tahun 1983).
Tahun 1987 kelompok tifosi bersejarah Fighters akhirnya dibubarkan setelah berjaya selama 10 tahun. Penyebabnya saat itu karena terjadi banyak kekerasan dan perkelahian dalam partai tandang ke Florence, melawan rival Juve, Fiorentina. Sebagian besar anggota Fighters lama, bersama dengan anggota Indians dan Giuventu Bianconera, membentuk sebuah kelompok supporter ultras yang baru, Arancia Meccanica (Clockwork Orange). Nama ini terinspirasi oleh film Stanley Kubrick berjudul sama yang populer saat itu.
Nama itu menimbulkan kesan kekerasan dan negatif sehingga menimbulkan banyak masalah. Karena itu kelompok ini dipaksa untuk merubah nama kelompok mereka. Para fans sepakat untuk membodohi politisi kota Turin dengan merubah nama kelompok mereka menjadi Drughi. Drughi merupakan nama geng dimana tokoh utama film Clockwork Orange, Alex, bergabung. Lucunya, para politisi Turin terlambat menyadari hal ini. Drughi pun berkembang dan menjadi kelompok supporter terpenting dalam sejarah Juventus. Dalam kurun waktu antara 1988 sampai 1996 Drughi memiliki 10.000 anggota.
Pada tahun 1993 beberapa anggota Drughi memperoleh otonomi dan menghidupkan kembali kelompok tifosi lama, Fighters. Empat tahun setelahnya Fighters dan Drughi bersaing untuk menjadi yang terbaik di La Curva Scirea. Drughi menggantung banner mereka tepat di tengah La Curva Scirea Delle Alpi, sedangkan Fighters harus memasang banner mereka di sebelah kanannya.
Setelah Juve memenangkan Piala Champions atas Ajax tahun 1996, para supporter sangat bergembira dan memutuskan untuk berkolaborasi. Drughi, Fighters, dan beberapa kelompok kecil lainnya di La Curva Scirea memutuskan untuk bersama mendukung Juve dibawah satu nama, Black and White Fighters Gruppo Storico 1977. Nama Fighters pun memperoleh kembali kejayaan seperti awalnya tepat 20 tahun sejak kelompok supporter itu berdiri.
La Curva Nord
Di era 90-an satu lagi kelompok besar supporter terbentuk. Namanya Irriducibili Vallette. Kelompok ini mempunyai pengaruh besar di La Curva Nord Delle Alpi. Grup ini dibentuk pada 1990 oleh sebuah kelompok supporter dari Vallette Turin. Karena anggotanya banyak yang kena sanksi dan sulit bekerjasama dengan manajemen Juventus, Irriducibili dibubarkan pada akhir musim 2001/02.
Memulai musim 2002/03 direksi Juve memutuskan untuk memberikan La Curva Nord pada Centro Coordinamento Juventus Club. Ini adalah organisasi yang terdiri dari berbagai fans club resmi di Italia dan luar negeri. Lebih dari 1000 klub jumlahnya. Untuk itu manajemen bermaksud memindahkan semua kelompok ultras dari La Curva Nord, dan melarang mereka memasang banner di area itu. Proyek ini menjadi sebuah kegagalan besar bagi direksi Juventus.
La Curva Nord sekarang menjadi bagian paling sepi di Delle Alpi. Nyanyian supporter yang ada disana pun hampir tak terdengar. Tiadanya kelompok supporter yang memimpin di La Curva Nord adalah penyebabnya. Selama bertahun-tahun Juve memiliki dukungan luar biasa di dua curva yang siap mengumandangkan pujian bagi La Vecchia Signora. Merupakan hal yang langka di Italia maupun belahan dunia lainnya, dimana sebuah klub mempunyai dua basis tifosi yang berada di belakang dua gawang. Ini menciptakan atmosfer yang luar biasa bagi tim saat bertanding. Tifosi cemas akan apa yang akan terjadi kelak setelah stadion diperbarui. Apakah mereka masih bisa menempati dua curva itu atau manajemen Juventus akan meneruskan proyek gagalnya?
Irriducibili Valente sudah tidak ada lagi sejak tahun 2002. Tempat mereka sebelumnya ada di ujung lain, berhadapan dengan kelompok Fighters, yaitu di La Curva Nord. Terbentuk tahun 1990, mereka adalah kelompok supporter yang terorganisasi dengan rapi. Tahun 1998 mereka menggantikan Viking sebagai penguasa La Curva Nord. Masalah mulai timbul di awal musim 2001/02. Irriducibili mengkritik keras kepemimpinan Lippi dan hasil buruk yang diperagakan skuad Juventus awal musim itu. Akibatnya manajemen Juve menolak memberikan tiket away bagi mereka. Suasana pun semakin memanas.
Irriducibili kemudian berdamai dengan Lippi, namun masih menolak berbicara dengan klub atau vice versa. Setelah banyak masalah yang terjadi, Irriducibili Vallette pun dibubarkan. Sangat disayangkan karena mereka telah melakukan yang terbaik bagi Juventus. La Curva Nord sekarang bernama "Centro Juventus club, 1000 club per una curva". Itu berarti kurva utara akan ditempati oleh 1000 fans klub berbeda di dalamnya.
Irriducibili Vallette juga memberi perubahan besar bagi para pendukung Juve. Revolusi yang bertujuan untuk menjadikan atmosfer stadion menjadi lbih mendukung bagi Juventus. Mereka berambisi menjadi kelompok tifosi nomor satu di Italia. Banner Irriducibili selalu hadir dimanapun Juve bertanding. Simbol mereka adalah "tangan saling bergandengan mengelilingi dunia". Seperti Fighters, Irriducibili Vallette juga terdiri dari beberapa bagian. Dua kelompok dari Swiss, Zurigo dan Lugano bersama dengan Ponente, Marche, dan Milano dari Italia. Grup ini menyatakan diri tidak berpolitik dan memiliki fanzine sendiri, Numero Uno.
Kelompok-kelomp ok Tifosi Lainnya
Noi Soli
Noi Soli dibentuk musim 2002/03 oleh mantan anggota kelompok ultras bersejarah, Viking dan N.A.B. Nama Noi Soli berasal dari tulisan di belakang scarf Viking N.A.B yang berarti "Hanya Kami" atau "Kami Sendiri". Kelompok ini dibentuk oleh 10 orang, dan selama 2002/03 Noi Soli menempatkan diri di La Curva Nord. Kelompok ini mengawalinya dengan keras dan beradu argumen dengan beberapa grup pecahan Irriducibili Valette saat partai Juventus vs Newcastle.
Setelah satu musim yang berat, Noi Soli terus pantang menyerah. memulai 2003/04 anggotanya telah bertambah menjadi 52 orang. Mereka diizinkan oleh Fighters untuk memasang banner mereka di lantai pertama La Curva Scirea, tepat di sebelah banner Nucleo. Hubungan dua klub supporter itu berlangsung baik. Noi Soli mempunyai jumlah pendukung yang lumayan banyak di setiap pertandingan Juve musim itu. Simbol mereka adalah Warrior, pejuang, yang merefleksikan mereka sebagai pejuang yang mengikuti Juventus. Noi Soli menyukai seragam Juve dan target mereka adalah mendapat citra yang bagus di seluruh Italia.
Viking
Kelompok bersejarah ini berdiri kembali dan kini mereka menjelajahi stadion-stadion Italia. Mayoritas mantan anggota kelompok supporter ini berreuni tahun 2003 dan sepakat untuk menghidupkan kembali grup ultras bersejarah ini. Anggotanya kini hampir sama seperti sebelumnya, kecuali empat pemimpinnya yang kini tak lagi menjadi bagian dari grup. Empat pemimpin itu bertengkar satu dengan lainnya karena masalah ekonomi dan merusak suasana grup. Meskipun banner Viking masih sama dengan yang lama, tetapi karena hubungan buruk dengan polisi dan klub, mereka cuma memasang banner di pertandingan away. Mereka dilarang menampilkannya di Delle Alpi. Viking mencoba menguasai kembali La Curva Nord, tapi klub dan polisi tidak mengizinkannya.
Kelompok superter terbesar, Fighters sempat mengundang mereka untuk bergabung ke La Curva Scirea agar kedua kelompok ini berhubungan baik dan bersama mendukung Juventus. Mantan pemimpin Viking kabarnya tidak suka menyadari kalau kini Viking bersahabat dengan rival mereka, Fighters. Namun jaman telah berubah. Viking tidak memiliki kekuatan dan anggota seperti ketika berjaya selama 10 tahun dahulu. Mereka bahkan harus berkolaborasi dengan kelompok-kelomp ok kecil lain untuk survive. Dulu mereka disegani baik oleh sesama supporter juve maupun supporter lawan, oleh klub maupun polisi. Irriducibili Vallette bisa menguasai La Curva Nord hanya setelah Viking pecah tahun 1998.
Viking terpecah karena masalah internal dan masalh karena banner curian. Vikin merupakan kelompok paling radikal, paling ditakuti, dan penuh muatan politis dalam sejarah Juventus. Kelompok ini didirikan oleh anak-anak muda dari Milano. Mereka lalu berkerjasama dengan N.A.B yang beranggotakan tifosi dari Pavia dan Genoa. Orang salah menyebut mereka Viking N.A.B ketika ada 10 orang anggota N.A.B bergabung dengan Viking. Namun anggota kelompok ini selamanya menyebut mereka sendiri Viking.
Bruxelles Bianconera
Dibentuk tahun 2001, Bruxelles Bianconera menambah warna baru di La Curva Scirea. Orang-orang Belgia ini berkelana ke seluruh Eropa kemanapun Juve bertanding. Tidak ada fans Juve lain yang pernah berjalan sejauh yang dilakukan kelompok ultras ini. Bruxelles Bianconera terkenal diantara tifosi Juve lainnya dan kini mereka pun dihormati. Mereka terkenal atas atas apa yg telah mereka lakukan untuk terus mengingat tragedi Heysel. Bruxelles Bianconera memiliki tempat di Brussels, Charleroi, Mons, Liege dan Luxembourg. Musim 2004/05 Bruxelles Bianconera menempatkan banner mereka di tingkat pertama La Curva Scirea bersama Noi Soli dan Nucleo Armato Bianconero. Musim 2005/06 banner mereka dipindah ke tingkat tiga bersama Nucleo...FORZA 1897...U J I
KODE ETIK ULTRAS
Kode etik ultras
Di sepakbola Italia, Ultras dikenal sebagai Tuhan didalam stadion, merekalah yang berkuasa. Biasa bertempat di tribun di belakang garis gawang, dimana di tribun tersebut memiliki kekhususan, yaitu polisi tidak diperkenankan berada di tribun ini atau muncul masalah. Seperti kita lihat
pada partai derby, Roma - Lazio, dimana ultras dapat membatalkan pertandingan dengan isu ada anak kecil yang ditembak polisi.
Di Italian ultras ini, mereka memiliki tradisi, yaitu pertempuran antar grup ultras, artinya sah-sah aja kalo salah satu grup ultras berkelahi dengan grup ultras lainnya, dan sebagai bukti kemenangan, maka bendera dari grup ultras yang kalah akan diambil oleh sang pemenang. Kode etik dari ultras lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi ini mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.
Hal inilah yang membuat salah satu grup ultras Milan yaitu Fossa Dei Leoni (FDL) dinyatakan bubar, karena menjelang pertandingan Milan melawan Juventus
beberapa musim yang lalu, seorang tifosi garis keras Milan melambaikan bendera Viking Juve.
Dalam tradisi ultras Italia, apabila ada grup tifosi lain yang memiliki flags/banner dari musuhnya, maka berarti bahwa grup tifosi tersebut berhasil menaklukan atau
mempermalukan musuhnya tersebut, tetapi ada syaratnya, bendera tersebut bukan diperoleh dari dicuri, atau diambil tanpa sepengetahuan grup ultras lawan tersebut melainkan harus dari open fight.
Masalah timbul, karena tifosi FDL ini memperoleh bendera Viking JUVE bukan dari open fight, melainkan dari menemukan di jalan. Viking JUVE tidak terima dengan hal tersebut, sehingga mereka mencegat tifosi Milan di Eindhoven setelah partai liga Champions PSV - Milan, mereka mencegat dengan menggunakan senjata tajam dan berhasil
merebut bendera FdL.
Timbul masalah, karena hal tersebut, FDL lapor polisi, padahal dalam kode etik italian ultras, polisi adalah hal yang di haramkan alias A.C.A.B (All Cops Are Bastar*s). FdL semakin mendapat tekanan dari grup tifo Milan yang lainnya, seperti Brigate Rossonere, sehingga grup tifosi tertua ini (1968) menyatakan mundur dan membentuk grup baru yaitu Guerrieri Ultras. Banyak yang bilang, bubarnya FdL juga disebabkan konflik internal, selama ini FdL lah yang berada di belakang aksi koreografi tifosi Milan, BRN ingin mengambil peran itu.
Kekerasan juga menjadi hal yang buruk dalam sejarah ultras di Italia, tetapi diluar itu, mereka juga memiliki kode etik tersendiri dalam kehidupannya. Biasanya
grup ultras akan bertempat di suatu tribun di stadion di Italia, dan dipimpin oleh seseorang yang disebut CapoTifoso.
Masalah timbul apabila ada seseorang (diluar grup ultras) yang telah memiliki tiket resmi, dan sudah antri untuk masuk ke tribun yang kebetulan ditempati ultras dan mendapat tempat yang nyaman, tetapi ketika grup ultras masuk, maka orang
tersebut akan diusir dari tempat duduknya, memang tidak fair. Seorang CapoTifoso juga memiliki kekuatan tersendiri di tribun
tersebut, apabila ia memerintahkan untuk
melempar benda-benda kelapangan, maka akan dilemparkan benda tersebut
ke lapangan, tetapi apabila ia melarang, maka tidak ada satupun tifosi yang berani melawannya. U J I
Subscribe to:
Posts (Atom)
Labels
- Amore (1)
- Di (1)
- Grande (1)
- JUVENTUS HISTORY (1)
- JUVENTUS LEGEND's (1)
- PHOTO's (1)
- Storia (1)
- ULTRAS FIGHTERS (2)
- Un (1)